Search

Friday, May 3, 2013

Assesmen Kinerja dan Assesmen Portofolio

1.     Asseman Kinerja
Assesmen Kinerja ialah penialaian terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Assesmen kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam menyelasaikan tugas yang diberikan.assesmen ini sangat cocok digunakan untuk menggambarkan proses, kegiatan atau unjuk kerja. Proses, kegiatan dan unjuk kerja ini dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap aktifitas siswa sebagaimana yang terjadi.misalnya penilaian terhadap kemampuan siswa merangkai alat peraga atau alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa merangkai alat, buka sebelum atau setelah alat dirancang.
Assesmen ini melibatkan aktifitas siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/ peenciptaan hasil yang telah ditentukan. Karena itu, metodologi assesmen ini memberi peluang kepada guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenaranya tidak dapat dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, assesmen kinerja memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai serta menilai tingkat penguasaan atau kecakapan yang dapat dicapai siswa.
Assesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagai mana dengan assesmen bentuk kerja, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakaukan pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan prestasi) yang telah dcapai sebelumnya. Sebagaimana tes esay, pertimbanagan guru digunakan sebagai dasar penempatan keinerja siswa pada suatu kesatuan atau kontinue tingkatan- tingkatan prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sanagt rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
Hal-hal yang harus kita pahami dalam assesmen kinerja adalah kita mendisain dan mengembangkan kinerja digunakan kelak dikelas kita sendiri. Metodologi asesmen kinerja bukanlah suatu obat mujarab, bukan penyelamat guru dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum. Assesmen ini semata-mata merupakan alat yang memberikan cara-cara yang efisien dan efektifuntuk menilai beberapa hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
Berdasarkan cara melaksanakan assesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Assesmen kinerja klasik digunakan untuk mengakses kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan.
  2. Assesmen kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara elompok.
  3. Assesmen kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara fleksibel knerja-kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester gur merencanakan untuk mengases keterampilan tiap siswa dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntuk siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa dalam empat kelompok siswa yang akan diases. Siswa kelompk pertama akan diases pada kegiatan paembuatan larutan pertama, kelompok yang berikutnya diases pada pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Assesmen kinerja yang digunakan oleh guru tersebut adalah assesmen kinerja individu.
Untuk menganalisis assesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan assesmen kinerja yang meliputi tiga fase penting, yaitu:
  1. Fase I: mendefinisikan kinerja.
Pada tahap ini, ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dimulai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi ; membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
  1. Fase II: Mendesain latihan-latihan kinerja.
Setelah kinerja yang akan dimulai ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya; guru akan menilai kemampuan dalam menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum dengan menggunakan mikroskop.
  1. Fase III: melakukan penskoran dan perekaman/ pencatatan hasil.
Assesmen kinerja bersifat lugas (fleksibilitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketiak meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi metoda-metoda assesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesmen sesuai dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesmen kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dalam suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan assesmen kinerja dapat dfokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain; merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi saiapa yang akan dinilai; dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus dipikirkan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksikan tingkat penguasaan/ kecakapan/ prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunuk katual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu orang agar faktor subyektifitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya-tidak) atau skala rentang (sangat baik- baik- agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilaia apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat damati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinuum dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.


2.     Assesmen Portofolio
Salah satu prinsip penilaian adalah bersifat menyeluruh , artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa, yakni aspek produk dan aspek belajar. Penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar atau ketercapaian kompetensi ( rangkaian kemampuan) siswa dapat dijaring melalui berbagai assesmen. Assesmen portofolio merupakan assesmen otentik yang menggambarkan kemajuan  belajar siswa dengan bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan guru.
Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam portofolio merupakan hasil seleksi bersama antara siswa dan guru yang dianggap karya terbaik dan berarti bagi siswa. Kumpulan karya siswa yang akan dikumpulkan sebagai dokumen portofolio terlebih dahulu direview oleh guru, sehingga bersama guru siswa dapat menentukan bukti-bukti nyata yang menggambarkan perkembangan dirinya. Contoh oekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan perkembangan belajar dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan.
Portofolio sebagai assesmen otentik dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu:
  1. Mendokumantasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu.
  2. Mengetahui begian-bagian yang perlu diperbaiki
  3. Membakitkan percaya diri siswa dan memotivasi untuk belajar
  4. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio sebagai assesmen otentik antara lain sebagai berikut:
  1. Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas, misalnya serangkaian kupulan jurnal ddan laporan percobaan siswa dalam kurun waktu tertentu dapat memberikan gembaran mengenai kemajuan siswa dalam membuat laporan.
  2. Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat serta memberikan pengaruh positif dalam belajar. Seleksi hasil karya terbaik siswa melibatkan siswa sehingga siswa merasa dihargai.
  3. Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu, memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membangdingkan dengan pekerjaan orang lain.
  4. Siswa dilatih untuk menentukan pilihan karya terbaik.
  5. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu.
  6. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orang tua, dan pihak lain yang terkait.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai cara. Cara yang akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, tingkatan siswa dan kegiatan yang dilakukan.
Berikut ini adalah model portofolio IPA SD yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa:
1)      Hasil ulangan
2)      Uraian tertulis hasil pekerjaan kegiatan sederhana
3)      Gambar-gambar dan laporan lisan
4)      Produk berupa hasil pekerjaan proyek
5)      Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
6)      Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah
7)      Salinan piagam penghargaan
Selanjutnya, contoh-contoh pekerjaan tersebut disimpan dalam satu tempat khusus (file folder) untuk setiap siswa. Ketika diperlukan, portofolio siswa dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati merupakan syarat dilaksanakannya assesmen portofolio.
Bentuk-bentuk assesmen portofolio:
  1. Catatan anekdotal, yaitu berupa lembar khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadian.
  2. Cek list atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.
  3. Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa.
  4. Respon-respn siswa terhadap pertanyaan.
  5. Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Jenis bukti yang dikumpulkan pada portofolio bergantung pada tujuan penyusuna portofolio itu sendiri. Misalnya di kelas I SD siswa belajar sains dengan beberapa kompetensi, diantaranya siswa mengenal anggota tubuh menusia melalui pengamatan gambar, siswa mengetahui fungsi-fungsi anggota tubuh serta siswa mempu mengidentifikasi cara memelihara kesehatan anggota tubuh. Untuk mengumpulkan bukti bahwa siswa telah menguasai ketiga kompetensi tersebut, jenis portofolio yang harus dikumpulkan harus mengacu pada ketia kompetensi tersebut. Misalnya laporan lisan siswa tentang kebiasaannya menggosok gigi dirumah merupakan bukti kompetansi ketiga.
Terdapat tiga langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
  1. Tahap persiapan yang meliputi:
a.       Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangakan
b.      Menentukan tujuan portofolio yang akan dikembangkan
c.       Memilih kategori-kategori pekerjaan ang akan dimasukkan portofolio.
d.      Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio
e.       Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan siswa.
  1. Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Portofolio dapat disimpan di dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk dan telah dipilih diberi tanggal.
  1. Pemberian nilai akhir portofolio
Bagian akhir yaitu menialai portofolio yang telah lengkap. Aspek yang dinilai meliputi isi portofolio, dan kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana (siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.

Sumber:
Widodo, Ari, Margaretha dan Wuryastuti, Sri. 2007. Pendidikan IPA SD. Bandung: UPI PRESS.

No comments:

Post a Comment